Program Langit Biru: Butuh KOMITMEN Bukan Sekadar Cara - Adhy Bassi Toayya, content creator kondang di Makassar menyampaikan dalam Diskusi Publik Langit Biru bahwa dirinya sebagai brand ambassador dari salah satu brand sepeda motor melihat data besarnya jumlah sepeda motor yang keluar setiap bulannya.
Adhy mengatakan bahwa dalam
satu main dealer saja bisa jual 10.000 – 11.000 unit sepeda motor per
bulan sebelum pandemi. Pada masa pandemi saja 6.800 – 7.200 unit per bulan
masih bisa dijual. Terbayangkankah bagaimana jika sebagian besar dari kendaraan-kendaraan
ini, atau 50%-nya saja, beredar di Kota Makassar?
Carajalani sering melihat
kemacetan Kota Makassar dengan hati miris. Tahu banyak sekali rumah kos di
Makassar dan bahwa sepertinya setiap mahasiswa baru butuh kendaraan bermotor
maka jumlah sepeda motor di Makassar setiap tahunnya bertambah nyaris sesuai
dengan jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh banyak perguruan tinggi di kota
ini.
Adhy Bassi Toayya. |
Makassar masih menjadi kota tujuan bagi mereka yang ingin melanjutkan studi dari penjuru Indonesia Timur. Selain itu, Carajalani pun melihat kelaziman banyaknya rumah yang jumlah sepeda motornya 2 bahkan lebih.
Kemacetan sudah menjadi
hal yang lumrah. Namanya juga kota metropolitan. Pada tingkat nasional, Sulawesi
Selatan kini berada di urutan ketujuh provinsi dengan jumlah penduduk terbesar.
Dalam Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Sulsel adalah 9.073.509 jiwa.
Sementara dalam website resmi pemerintah kota, Carajalani mendapatkan informasi
bahwa jumlah penduduk kota seluas 175,77 km2 ini adalah 1.526.677
jiwa.
Dalam diskusi yang
berlangsung tanggal 18 Maret via aplikasi Zoom ini, Muhammad Irlan Ruslan dari Dinas Perhubungan Kota Makassar
mengatakan bahwa pemerintah Kota Makassar kerap membuat inovasi bagaimana
membuat program ini bukan hanya wacana tetapi menjad tanggung jawab kita semua.
Tanpa menyebutkan dengan
lebih rinci, disebutkannya bahwa Dishub Kota Makassar terus melakukan upaya, salah
satunya adalah bagaimana mengupayakan manajemen lalu-lintas tertata dengan rapi.
Diharapkan sebagai salah satu kontribusi dalam mengurangi emisi gas buang.
Muh. Irlan Ruslan, Dishub Makassar. |
Di lain pihak, menurut Irlan, kendaraan terus bertambah sementara masyarakat tidak memahami kendaraan berpengaruh langsung kepada lingkungan. Dishub menekankan kepada bagaimana melakukan upaya edukatif inovatif agar masyarakat memahami membuat langit biru adalah tanggung jawab semua bukan hanya pemerintah.
Menjadi tantangan bersama
bagaimana pemerintah mampu berkolaborasi sehingga membuat masyarakat paham
dengan Program Langit Biru. Mengenai bahwa hal ini menjadi “pekerjaan rumah
bersama” juga disepakati oleh Adhy dan Ramon Tungka – aktor Indonesia yang
dikenal sebagai sosok yang peduli lingkungan.
Riwayat Program
Ramah Lingkungan
Program Ramah Lingkungan ini merupakan program
pemerintah dan juga Pertamina terkait emisi gas buang dan penggunaan bahan
bakar (BBM) ramah lingkungan. Kali ini sudah ke-4 kalinya YLKI (Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia) dan KBR (Kantor Berita Radio) menyelenggarakan webinar untuk
mengedukasi masyarakat.
Pak Tulus Abadi – Ketua
Pengurus Harian YLKI terlihat tak bosan-bosannya menyampaikan urgensi Program Langit Biru dengan komitmen lebih
karena sebenarnya sudah digaungkan sejak 25 tahun lalu oleh Kementerian Lingkungan Hidup
melalui Permen LH Nomor 15 Tahun 1996.
Kemudian Kepmen LH Nomor
141/2003 yang mengatur emisi gas buang pada kendaraan bermotor (ranmor) BBM
standard Euro II. Terakhir, dikuatkan dengan Kepmen KLHK Nomor 20/2017 yang mewajibkan
kendaraan bermotor kita menggunakan BBM standard Euro IV.
“Sederhana saja, Yang
diminta standard Euro hanya BBM dengan RON 91 dan 5 untuk diesel particulate
filter. Kita sudah ketinggalan. Di seluruh dunia yang menggunakan Premium
hanya 7 negara di dunia termasuk Indonesia,” ujar Pak Tulus.
Tulus Abadi - YLKI. |
Bahkan di level ASEAN pun bahkan sudah pada menggunakan standard terbaru, Euro 4 seperti Thailand dan Vietnam.
Menurut Pak Tulus, regulator
di Indonesia kurang mengingatkan masyarakat. Kesadaran masyarakat pun masih
lemah terhadap BBM yang ramah lingkungan. Forum ini diharapkan dapat memotivasi
pemerintah bisa mewujudkan Paris Protocol untuk tidak terlalu bergantung
kepada energi fosil lagi.
Hal-hal di atas memang menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah dan butuh komitmen yang tegas karena Presiden
Joko Widodo sendiri telah menyatakan komitmennya untuk Indonesia mengurangi
emisi karbon antara 20 – 40 persen hingga tahun 2050 pada Paris Protocol on
Climate Change (November 2015).
Deny Djukardi – VP Sales
Support Pertamina menyampaikan bahwa pada awal 2020 Pertamina melakukan
Program Langit Birunya. Berbeda dengan program pemerintah, program Pertamina
merupakan program marketing dan edukasi untuk memberikan kesempatan
kepada konsumen setia Pertamina di wilayah-wilayah tertentu.
Kesempatan yang dimaksud
adalah dalam pemberian harga khusus untuk mendapatkan BBM Pertalite untuk
kendaraan beroda 2, beroda 3, angkot, dan taksi plat kuning. Tahun 2021 ini
programnya diperluas di wilayah-wilayah luar Jawa dengan program yang sama.
Harapannya konsumen sadar akan manfaat BBM ramah lingkungan dan seterusnya
beralih menggunakannya.
Menelisik Komitmen
Pemerintah Pusat dalam Program Ramah Lingkungan
Faisal Basri – pengamat ekonomi mengatakan bahwa berbicara soal harga
memang berlaku hukum permintaan, yaitu semakin murah barang maka semakin banyak
dibeli. Mau tidak mau harga yang utama dalam masyarakat.
Mengenai keberlangsungan program
BBM ramah lingkungan melalui Program Langit Biru, persoalannya adalah Pertamina
sudah berkomitmen “membunuh” Premium tetapi pemerintah melalui menterinya masih
mengeluarkan Premium padahal momentum pandemi merupakan momentum bagus kita
beralih ke BBM ramah lingkungan.
Sudah pula diikuti oleh industri
otomotif kita yang semua produksinya sudah standard Euro IV. Maka konsumen akan
secara gradual menyesuaikan diri. Menurut Pak Faisal Basri, peran presiden
sangat besar untuk mewujudkan komitmen dalam Program Langit Biru ini. Tegasnya,
“komandonya” ada pada presiden RI.
Masih menurut Pak Faisal
menjawab pertanyaan moderator (Maulana Isnarto), istilah “BBM mahal dengan
kualitas terbaik” menjadi benar adanya karena tidak adanya pengaturan. Anehnya
di Indonesia ini ada 3 macam BBM: solar dan minyak tanah disubsidi, BBM “penugasan
tertentu”, yaitu Premium. Khusus Premium ini, harganya tidak disubsidi, melainkan
mengikuti “formula” yang disesuaikan setiap 3 bulan. Nah, keanehan lainnya
adalah, sudah 3 tahun ini harga Premium tidak mengalami penyesuaian.
Faisal Basri (kanan) - ekonom dan politikus. |
Keunikan lainnya adalah harga BBM umum bebas harganya namun yang bebas ini diatur oleh pemerintah. Hanya di Indonesia ada pengaturan seperti ini. Premium dipatok harganya selama bertahun-tahun sehingga Pertamina merugi. Dana kompensasi 2 tahun baru dibayarkan oleh pemerintah kepada Pertamina.
Pertalite dikeluarkan
untuk menyiasati situasi yang serba sulit bagi Pertamina karena harga Pertalite
lebih fleksibel. Pertalite bukan hasil kilang tapi pencampuran, melainkan blending.
Di ASEAN malah sudah tidak ada BBM sejenis Pertalite ini. Malaysia menetapkan minimal
RON 95. Di Indonesia malah dihilangkan BBM RON 95 dari pasar. Ruang gerak
Pertamina semakin sempit. Bicara harga yang sesuai bagi masyarakat memang butuh
mekanisme
Ekonom dan sekaligus
politikus ini juga menyarankan sebaiknya Indonesia masuk ke BBM RON 92 saja, jangan
Pertalite yang masih RON 90. Andai mulai dari April lalu, sebenarnya harganya
bisa dibuat lebih murah karena waktu itu harga minyak bumi anjlok, malah pernah
minus.
Selanjutnya agar harga
murah jangan diturunkan proporsional sesuai dengan harga minyak bumi. Turunkan
50 persen saja. Lima puluh persennya ditabung nanti dipakai kalau harga naik
jadi tidak serta-merta harga BBM dinaikkan karena masih punya tabungan. Memang
dibutuhkan mekanisme untuk membuat harga tidak melonjak tiba-tiba.
Untuk hal-hal seperti ini
(masalah harga dan pemakaian BBM ramah lingkungan) menurut Pak Faisal, masalahnya
bukanlah pada “sosiologi masyarakat” tapi pada inkonsistensi pemerintah.
Cara yang Bisa
Kita Upayakan untuk Keberlanjutan Langit Biru
Thamzil Tahir – Redaktur Tribun
Timur mengatakan bahwa semakin
ke timur harus semakin masif kampanye Program Langit Biru karena adanya
keterbatasan akses informasi. Namun sebenarnya ada kesadaran yang tinggi di
kalangan anak muda untuk menggunakan BBM non Premium. Satu hal yang menjadi tantangan
besar adalah menyelamatkan hutan yang dibabat untuk bahan bakar fosil (batu
bara).
1. Cara “Pemaksaan”
Menurut Pak Thamzil, cara pemaksaan dengan hanya
menyediakan BBM ramah lingkungan akan efektif membuat masyarakat beralih karena
sudah menjadi kebutuhan. Beliau mengusulkan YLKI dan Pertamina ke depannya untuk
kampanyekan BBM ramah lingkungan lebih kepada manfaat yang diperoleh kendaraan
bermotor, bukan dari harga saja. Bisa jadi kalah di harga tetapi menang di
pemakaian. Untuk yang lebih mahal sedikit, pemakaiannya lebih lama.
2. Konten yang
Dekat dengan Kearifan Lokal
Adhy Bassi Toayya menyarankan perlu ada tag
line yang membuat masyarakat malu dalam bahasa lokal sebagai sebuah siri’.
Dia menyarankan supaya Pertamina sering-sering kampanyekan Program Langit Biru
yang lebih menjangkau milenial dengan bahasa yang lebih ringan yang lebih
sederhana.
Yewen Papua, komika nasional. |
Mengenai bahasa yang lebih sederhana ini juga disebutkan oleh Leoni Agustina Diani (MC dan mantan presenter stasiun TV nasional) bahwa bahasan mengenai “timbal” yang bisa meracuni merupakan bahasan yang berat. Akan lebih mudah jika menggandeng para influencer yang bisa membantu menyampaikan kepada masyarakat dengan pesan yang lebih komunikatif.
Yewen Papua – komika nasional dari Papua
mengatakan bahwa edukasi yang kita lakukan sekarang bukan hanya untuk kepentingan
sekarang tapi untuk selanjutnya.
3. Kolaborasi
dan Elaborasi
Ramon Tungka menekankan jika kampanye
lingkungan ini sudah menyebar ke seantero negeri dan meluas diketahui
masyarakat maka dia optimis pelan-pelan program ini bukan hanya milik
pemerintah atau Pertamina saja tetapi menjadi kebanggan Indonesia.
Langit Biru bisa menjadi
daya tarik pariwisata karena itu menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri yang
ramah lingkungan. Kita sebagai warga negara bangga bahwa langit kita biru.
Untuk itu dibutuhkan kolaborasi dan elaborasi bersama agar menjadi sikap
bersama bukan hanya wacana.
4. Menggunakan
Kendaraan Umum
Menurut Ramon Tungka, masyarakat yang memilih
menggunakan kendaraan umum bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang
berakibat pada Program Langit Biru. Khusus penggunaan public transport pun
kita dorong menggunakan BBM ramah lingkungan.
Ramon Tungka. |
5. Mulai dari
Diri Sendiri
Mbak Leoni mengatakan
pentingnya memulai dari diri sendiri dengan mencontohkannya dan menyampaikan
kepada orang-orang terdekat. Bagi emak-emak, penting informasi promo harga
untuk menarik mereka menggunakan BBM ramah lingkungan.
***
Di mana-mana, hal besar
yang berdampak positif kepada seluruh penduduk negara, juga dunia tentunya
butuh keterlibatan semua pihak secara bersama-sama melakukan gerakan yang punya
tujuan yang sama. Mustahil jika hanya pemerintah saja atau hanya YLKI dan KBR
saja yang bisa menggerakkannya.
Episode ke-4 Diskusi
Publik bertajuk Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit
Biru ini dihadiri juga oleh Direktur Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan
Hidup.
Dinas-dinas dan Kepolisian
setempat yang menghadiri adalah dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas ESDM, dan Kapolres dari Makassar,
Jayapura, Manokwari, Mataram, Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten Mempawah.
Carajalani berharap semoga
Diskusi Publik ini menjadi akses bagi makin meluasnya informasi kepada seluruh
masyarakat dan makin memotivasi semua stake holder dari tingkat nasional
hingga lokal untuk mengambil komitmen
dalam mewujudkan peraturan, juga protokol internasional yang sudah ditetapkan
dan disepakati.
10 komentar
Artikel yang bagus dan menarik. Sekarang ini memang paling sulit ya melihat langit biru di perkotaan mungkin karena tingkat polusi yang tinggi. Ikut mendukung program pemerintah ini mulai dari diri sendiri. Saya sendiri memilih jalan kaki saja untuk jarak dekat untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermesin.
BalasHapusIya, Mbak. Sekarang harus diupayakan untuk membirukan langit kita hingga masa depan.
HapusArtikel yang sangat memberikan pencerahan. Serasa ikut langsung dalam pertemuan itu. Informasi-informasi penting seperti ini perlu banyak diketahui oleh masyarakat luas. Di balik kendaraan yang kita pakai ada konsekuensi yang hatus kita terima. kondisi lingkungan. Jika dibiarkan terus tentu akan sulit mendapatkan udara segar, oksigen yang baik.
BalasHapusSemoga langit cerah berwarna biru yang bercanda tawa dengan awan berarakan masih bisa kita nikmati.
Banyak yang belum tahu Program Langit Biru ini Ayah Ugi, alhamdulillah memang digencarkan sosialisasinya. Ini kali ke-4 diadakan oleh YLKI dan KBR, memotivasi pemerintah agar berkomitmen.
HapusJumlah kendaraan memang makin banyak di jalanan, rasanya sulit kalo hidup di daerah perkotaan bisa menghirup udara segar tanpa polusi asap kendaraan. Pemakaian BBM ramah lingkungan ini mungkin jadi salah satu solusi tapi pengurangan pemakaian kendaraan pribadi juga perlu. Semoga program langit biru ini bisa terlaksana dengan baik.
BalasHapusDi seluruh dunia yang menggunakan Premium hanya 7 negara di dunia termasuk Indonesia. Sedih bgt Indonesia ketinggalan yak. Ini sih dibutuhkan komitmen pemangku kebijakan jg, selain masyarakat ya.
BalasHapusMiris ya negara kita ini termasuk pengguna terbanya kendaraan bermotor yg memakai BBM, padahal di negara produsennya lebih banyak menggunakan transportasi umum dibanding pribadi, setuju bgt dengan program langit biru ini, penggunaan BBM ramah lingkungan harus sering disosialisasikan agar bbm yg tidak ramah lingkungan sirna seiring waktu
BalasHapusKeseriusan pemerintah saat ini untuk menekan polusi kendaraan memang saya akui benar adanya. Di Bali bus umum sudah beberapa tahun terakir beroperasi, terutama di titik pariwisata. Namun, kesadaran masyarakat untuk menggunakannya pun hanya untuk mengobati rasa penasaran ataupun untuk berwisata saja. Keseharian lebih memilih kendaraan pribadi, karena memang terbatasnya halte. Perlu kesadaran bersama untuk Indonesia lebih baik. Bumi sudah sangat panas.
BalasHapusArtikelnya mantap sekali ini. Kaget! Sebanyak itu yang dikeluarkan padahal pandemi. Pantas jalanan macet di mana-mana
BalasHapussetuju banget kita memang harus memulainya juga dari diri kita sendiri untuk peduli dengan lingkungan, setelah itu kita baru bisa mengajak orang lain untuk ikut berkontribusi terhadap lingkungannya. Lumayan saya sudah bertahun-tahun menggunakan kendaraan pribadi. selian lebih capek dengan membawa kendaraan sendiri juga dapat membuat kemacetan
BalasHapus