Cara menghindari pesan spam di Whatsapp, ternyata tidak terlalu mudah juga. Kalau belum tahu orangnya dan nomornya belum disimpan di daftar kontak telepon mudah saja ya, tidak usah dipedulikan. Kalau perlu langsung diblokir saja. 😀
Tapi kalau nomornya sudah di-save dan
termasuk golongan keluarga yang sulit dihindari bagaimana? Hm, Carajalani mengalaminya
sampai hari ini dan ini yang Carajalani lakukan:
1. Menjawab dengan sopan.
Awal-awalnya sih menjawab dengan
sopan. Namanya kerabat kan ya. Tidak enak kalau dicueki apalagi Carajalani tipikal
orang yang tidak enakan kalau tak menjawab pesan dari orang yang dikenal
kecuali kalau ada alasan lain hihi. Tapi tentunya tidak membantu dong, kenapa
rasanya pesan spam berupa jualan makin membabi buta ya?
2. Menolak
Ya, menolak barang dagangan yang
dijejalkan ke dalam chat room kami. Ternyata tidak mempan juga. Mulai
kesal? Iyalah. Manusiawi kan.
3. Blokir.
Opsi ini diambil setelah kesal makin
bertambah. Apalagi dia selalu menyapa dengan GAES yang sama sekali tidak
Carajalani sukai. Tidak ada ungkapan personal yang bisa membuat Carajalani
simpatik. Rasanya tiap hari mendapatkan sampah dalam chat room kami.
Kalau bukan disapa GAES, Carajalani
disapa NAK padahal seingat Carajalani dia usianya lebih muda. Berasa ada
superioritas deh kalau ybs memanggil NAK. “Beli, Nak!”
Tapi kenapa eh kenapa rasanya tidak
enak sendiri? Rasanya sudah memutus tali silaturahmi? Hiks. Akhirnya
dibuka kembali blokiran yang sudah berlangsung sekira 3 – 4 bulan. Lalu kembali
lagi bom pesan berupa gambar-gambar jualan palugada dari si dia.
Urusan sapaan NAK kembali dibereskan
karena Carajalani masih menjawab dengan sopan. Ketika “terpaksa” membeli karena
merasa tidak enak. Nah kan rupanya dia usianya memang lebih muda dari Carajalani
maka dengan kikuk sapaan NAK berubah menjad KAK atau KANDA.
4. Menolak lagi.
Cara menghindari spam berikutnya adalah .... menolak lagi. Pada
pembelian lalu ada yang aneh dengan si dia. Harga per bungkus Rp. 15.000 eh mengapa harga 3 bungkus 50.000?
“Pandemi kasi’, maaf, tidak beli dulu,” tolak Carajalani ketika ditawari
lagi untuk yang kesekian kalinya.
“Maaf Kakak, sekalian ku-broadcast,”
ucapnya.
Lalu apakah bombardir jualannya berhenti
atau setidaknya berkurang? TIDAK, saudara. Malah makin gencar. Sehari bisa 3
kali dengan puluhan gambar. Sepertinya beliau ini golongan orang yang sudah
terbiasa dengan penolakan dan menganggap penolakan bukanlah halangan untuk nyepam
di ruang percakapan pribadi. Tak peduli orang suka atau tidak, namanya juga
usaha!
5. Beli lagi.
Ya sudahlah, pikir Carajalani. Biar
saja dia jualan terus toh tidak terotomatis ter-download gambar-gambarnya.
Jadi aman, memang setting Whatsapp Carajalani dibuat tidak serta-merta
mengunduh gambar dan video.
Suatu waktu ada gambar satu roti dia
kirim. Terlihat enak.
“Roti apa ini namanya?” tanya Carajalani.
“Beli ki’, Kakak. Enak ini,”
jawabnya.
“Roti apa namanya?”
“Beli maki’ saja. Enak.”
Lagi-lagi, entah terlalu lugu atau
bodoh, Carajalani memutuskan membelinya. Rotinya terlihat besar, sepertinya
bisa dibagi ber-7, setidaknya ber-6, kalau belinya 2 buah. Ya iyalah, gambarnya
full menampilkan si roti, tak ada perbandingannya. Mau nanya ukuran
rotinya malas duluan karena responnya di WA biasanya tidak memuaskan.
“Oke, beli 2, ya.”
Maka dia pun datang ke rumah
mengantarkan 2 buah roti yang terlihat
enak itu. Dan tahukah ukurannya? Kecil. Hanya cukup untuk 1 orang saja. Hiks.
Eh bisa ding, dengan terpaksa 2 roti dibagi 2. Sebuah roti untuk anak
nomor 2 dan 3 dan 1 roti lagi Carajalani bagi bersama anak sulung.
Asem-nya, roti itu ternyata dalam kemasan PIZZA
HUT. Rasanya gimana gitu hahah. Benar-benar beli kucing dalam karung deh
ini judulnya. Setelah beberapah hari kemudian, barulah Carajalani yang kudet
ini tahu nama roti yang dijual si dia dengan harga Rp. 25.000 per buah itu: Korean Garlic Cheese Bread!
Sejak saat itu, Carajalani memutuskan
tidak mau membeli roti yang dia tawarkan lagi. Pasti bukan dia yang buat. Tapi
pemahaman akan si kerabat yang berprofesi sebagai guru honor ini bertambah.
Sewaktu mengantarkan Korean Garlic Cheese Bread itu, dia sempat bercerita bahwa
dia sedang berusaha mencari uang untuk membayar kuliah S2-nya di Jogja.
Prihatin juga. Tapi sama-sama sih,
Carajalani juga sedang berjuang dengan kehidupannya sendiri. Sejak saat itu,
Carajalani memutuskan menyikapi pesan-pesannya dengan:
6. Cuek Saja.
Ya, cuek saja. Anggap saja beramal.
Memberikan ruang kepada orang lain untuk promosi. Membeli atau tidak toh tetap
hak kita. Jadi biarkan saja dia. Toh dia juga tak peduli dengan ditolak atau
tidak. Tak peduli orang nyaman atau tidak.
Carajalani masih berpikiran mungkin
suatu saat ada barang yang dibutuhkan dijual oleh beliau. Tapi kalau lihat
gambar-gambarnya sampai sekarang ini sepertinya tidak ya, soalnya jualannya
kebanyakan pakaian, tas, dan sepatu. Pada masa pandemi begini, untuk apa
Carajalani beli barang-barang itu? Mendingan juga pesan online, banyak
yang harga promo.
Sesekali ada pesannya, “Beli ki’, Kakak.”
Sesekali Carajalani menjawab dengan emotikon bergambar tangan tertangkup atau sekadar
kasih jempol.
Sempat membeli lagi makanannya atas
pesan ayahanda Carajalani. Layanan si dia kurang memuaskan. Mengecewakan
malahan. Tapi ya sudahlah.
Hidup memang perkara pilihan.
Ternyata yang mulanya Carajalani sempat kesal, sampai memblokir. Hari ini bisa
cuek saja. Toh bisa clear chat saja sesekali. Membiarkan ruang
percakapan pribadi jadi etalase dia untuk berjualan menjadi pilihan yang tepat.
Sekarang, hal demikian menjadi solusi yang sama-sama menyenangkan. Well, punya cara menyikapi spammer lain?
Makassar 20 Desember 2020
22 komentar
Aku paling seringnya sih pilih cuek aja atau sekadar bilang terima kasih. Kecuali kalau memang produknya menarik atau cara menawarkannya sopan, ya. Sebenarnya aku bakal cenderung lebih mengutamakan beli di kerabat atau tetangga daripada orang jauh.
BalasHapusPaling sering sih cuek kalau saya. Tapi pernah blokir karena ganggu..sehari bisa berkali-kali hiks
BalasHapusTapi apapun itu hidup memang perkara pilihan..dan mereka yang nyepam jualan memang sedang cari rezeki, cuma caranya saja bikin orang lain enggak nyaman
Jujur aja aku sering dapat
BalasHapuswa yg awalnya ajak kenalan minta approval ujung²nya jualan. Yg ada sih gak aku tanggapi, yaudah diemin aja :)
Aku paling gak suka nawarin barang dagangan via wa. Krn alu ngukur ke diri sendiri, gak pernah saat aku jualan kmrn nawarin ke orang via wa, sangat mengganggu soalnya
HAhahaaa, aku seringnya tak cuekkin, soale dikasih hati maunya jantung, padahal udah menolak baik2 huhuu, kasian siih. Tapi da gimanaa kalo emang ga butuh..trus maksa juga dan alternatif terakhir adalah BLOKIR, maaf (( kadang isinya ada beberapa mentemen juga sih yang jualan))
BalasHapushaha pesan spam bikin kesel ya mbak
BalasHapusklo aq ya langsung aq blokir, wes aman
habis urusan, hehe
Kueseeel banget dgn spam message di WA.
BalasHapusYg aku heran, kenapa gampil banget siik nomor WA tersebaarrr
aselik, kesel.
Aku beberapa kali blokir nomor asing sih Mak
Aku lagi sebel banget karena akhir-akhir ini sering dapat spam di WA. Duh, padahal no WA ini kan harusnya privacy ya. Pokoknya nggak pandang bulu dah semua spam nomer tak dikenal langsung blokir. Kalau nomor dikenal aku cuekin ajaaaa.
BalasHapusSaya selalu setting WA dengan tidak mendownload gambar atau video secara otomatis. Jadi kalau ada yang mengirim gambar di group biasanyat tidak saya buka. Kalau pribadi, lihat-lihat dulu siapa yang kirim..Terus untuk telepon2 yang suka nyelonong dari nomor yang gak kenal biasanya jarang saya angkat :)
BalasHapusAku memilih jalan nomor 6 biasanya mba. Dan clear chat aja, tanpa membalas pesannya. Anggap saja memberikan jalan untuk promosi. Kalo sudah ga sopan ke arah nyolot mungkin baru aku blokir.
BalasHapusHapeku tuh sering dapat whatsapp dr nomor yang nggak dikenal. Tapi lebih ke undangan atau info berita sih. Kadang aku balas bilang thanks. Kadang ya lupa balas :D)
BalasHapusKalau bener-bener bikin nggak nyaman. Biasanya aku ngomong mba wkwkwkw 😂. Tapi sejauh ini belum ada ya. Klo ada dan males nanggepinnya aku blokir aja 😂. Kalau di grup paling aku clear chat atau bisukan pemberitahuannya hihihi
BalasHapuswah aku kalau dapat pesan spam dan nomornya gak aku save biasanya dicuekin dulu, kalo udah mulai ganggu nih,maaf auto block hahaha
BalasHapusAku ngga berani nawarin jualan via DM medsos atau WA, paling aku ngelapak di WA story daripada mengganggu orang lain hehe..kalau ada yang nawarin paling aku bilang makasih atau bantu share jualannya di medsos or WA
BalasHapuspesan spam emang kadamg menguji kesabaran, kalo udah kezel banget emang better di blokir aja ya maaaak.. daripada kezel sendiri, ya khaaannn
BalasHapusAku jarang banget dapet pesan spam, kak.
BalasHapusAPalagi terkait jualan.
Yang banyak spam untuk sumbangan dari panti asuhan a, b, c..
Heuheu...ada rasa bersalah kalau dicuekin.
kalau aku biasanya langsung blokir begitu dapat pesan spam di whatsapp, gak perlu jawab sopan langsung block.
BalasHapusPernah beberapa kali ada masuk pesan spam memang dia jualan tapi ya karena dicuekin terus akhirnya dia capek sendiri haha.
BalasHapusAkhir-akhir ini saya juga sering dapat spam dari panti asuhan. Biasanya saya cuekin dan langsung dihapus percakapannya.
BalasHapusAku yang sering kalau gak jualan ya minta sumbangan.
BalasHapusTapi ya aku cuekin aja selama cuma promo2 gtu gak pakai ganggu. Kalau ganggu blokir aja kontaknya.
Akhirnya emang cuek aja ya yang jadi pilihan. Kadang gimana kalau mau konfrontasi, apalagi kalau yang nyepam itu masih ada hubungan keluarga.
BalasHapusKalau aku pribadi lebih baik bikin status WA aja sih untuk promoin dagangan dibanding spam gitu hehehe karena aku jg ga suka kalau ada yg spam jualan
BalasHapusSaya biasanya sih cuek aja kalau ada chat macam gitu. Tapi kalau dah ngeselin baru deh blolir.. hahah.. senjata pamungkas itu.
BalasHapus