Bincang Literasi: dari Berbahagia Hingga Memajukan Indonesia

Bincang Literasi: dari Berbahagia Hingga Memajukan Indonesia – “Untuk apa orang Indonesia belajar Bahasa Indonesia?” putri saya menanyakan hal ini ketika belajar untuk ulangan Bahasa Indonesia belum lama ini. Jawaban saya panjang, salah satunya adalah penekanan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia memang sangat kita butuhkan sebab apapun profesinya, seseorang harus dapat berkomunikasi dengan baik, secara lisan maupun tulisan.

 

Belajar Berbahasa Indonesia = Literasi Dasar

 

Akan sangat vital ketika kemampuan dalam menyampaikan pesan seseorang lemah padahal bidangnya terkait langsung. Saya teringat cerita suami mengenai “hobi” typo seorang desainer grafis. Susahnya, sudah disampaikan untuk memperlihatkan dulu karyanya sebelum menjadi sesuatu agar masih bisa dikoreksi namun si desainer tampaknya tak peduli.

Literasi dasar

Suatu ketika tahu-tahu flyer sudah tercetak dengan beberapa kesalahan tulis di dalamnya. Bukan pada bagian yang paling penting sebenarnya namun tetap saja mengganggu sehingga terpaksa ditutup secara manual. Sayang sekali, si desainer tidak memahami pentingnya memperbaiki keterampilannya dalam berbahasa Indonesia.

Si desainer harusnya belajar pada Bang Mice Cartoon. Pada Instagram live di akun @jnewsonline – salah satu akun resmi JNE yang berlangsung pada 12 November lalu, Bang Mice mengatakan bahwa dirinya sampai sekarang pun masih belajar menulis. Tentunya yang dimaksudkannya, dalam Bahasa Indonesia. Misalnya dia masih belajar bagaimana penempatan tanda titik dan koma yang tepat dalam kartunnya agar pesannya sampai kepada pembaca.

Menurutnya, penting untuk belajar menulis karena komik itu terdiri atas 70% cerita dan 30% gambar. Pembuatnya harus punya wawasan yang bagus sehingga butuh aktivitas menulis dan membaca.

Mice Cartoon adalah kartunis yang sudah berkarya lebih dari 20 tahun. Dahulu, karyanya berupa komik strip dimuat di koran Kompas bertajuk Benny & Mice dan memiliki banyak penggemar, salah satunya adalah suami saya.

Well, baca-tulis adalah kemampuan literasi dasar yang memang selayaknya dimiliki setiap orang Indonesia. Penulis, kartunis, ataupun desainer grafis memang memiliki urgensi tinggi untuk kemampuan itu.

 

Kata-kata Bisa Mendatangkan Kebahagiaan

 

Words can connect happiness – kata-kata dapat menghubungkan kebahagiaan. Kalian pernah mengalami? Contoh paling umumnya surat cinta. Eh, itu kalau cintanya tak bertepuk sebelah tangan, pasti connecting happiness.

Pastinya sih, apapun yang dituliskan dan dikatakan pada tempatnya potensial menghantarkan kebahagiaan sebagaimana repost yang pernah dilakukan Kang Maman Suherman di media sosial, tentang seorang anak lelaki yang menjual gorengan bernama Fahri. Fahri memberikan 10 gorengan dagangan kepada seorang kakek yang menurutnya sedang butuh makanan[1].

Penggalangan dana selama 6 hari pun tercetus sehingga dari 10 gorengan yang diberikan si anak, terkumpul 60 juta rupiah, rezeki bagi Fahri dan keluarganya. “Hanya” dari kata-kata di media sosial, terbitlah kebahagiaan bagi sebuah keluarga.

Maju Indonesia

Maju Indonesia: Bahagia Bersama Literasi

 

Maju Indonesia: Bahagia Bersama Literasi adalah tajuk dari Instagram live tanggal 12 November lalu di akun @jnewsonline. Baik Kang Maman maupun Bang Mice Cartoon menceritakan bagaimana berkarya dan berbahagia bisa beriringan tanpa melupakan idealisme. Dapat cuan? Pasti! Tapi dari kisah mereka, bisa saya simpulkan, itu bukanlah yang utama.

 

1. Berkolaborasi dan Bergembira

 

“Dikasih kebebasan luar biasa tanpa tekanan. Itulah nilai paling tinggi dalam dunia kreativitas. Merayakan kegembiraan dengan cara sebebas-bebasnya tapi tetap tahu batasan-batasannya,” ungkap Kang Maman mengenai kolaborasinya dengan Bang Mice dalam buku Bahagia Bersama.

Dalam tulisan berjudul Cara Bahagia di Hari Bahagia Bersama saya menceritakan bagaimana pengalaman Kang Maman yang dalam proses penulisan buku tak didikte, pun tanpa editing sama sekali oleh pihak JNE, khususnya Pak Mohamad Feriadi Soeprapto (Feri) – Presiden Direktur JNE walaupun dia menulis untuk JNE.

Pun kerja samanya dengan Bang Mice Cartoon memang sesuai dengan cita-citanya membuat buku yang berkolaborasi dengan kartunis. Dalam kolaborasi “bergembira” ini, Kang Maman menemukan chemistry dengan Bang Mice. Karya yang dihasilkan bisa bermula dari tulisan Kang Maman atau sekadar poin-poin yang kemudian diterjemahkan ke dalam kartun oleh Bang Mice. Bisa juga kartun dari Bang Mice kemudian dijadikan tulisan oleh Kang Maman.

Karya mereka tanpa campur tangan satu sama lain. Tanpa protes. Hanya sediki koreksi dari Kang Maman terhadap Bang Mice, terkait cara menulis semisal penempatan “di” sebagai kata tempat atau imbuhan penanda kata kerja pasif.

Ketika Bang Mice ditanya apa motivasinya sehingga mau terlibat dalam kolaborasi ini, dia menjawab, “Karena tandem dengan Kang Maman dan filosofi JNE dengan tema besar connecting happiness-nya menarik.”

Klop ya? Mereka soul mate dalam berkarya!

Berbagi dengan literasi

2. Berbuat untuk Indonesia Melalui Literasi

 

Yang paling menarik dari talkshow Maju Indonesia: Bahagia Bersama Literasi ini adalah kisah-kisah dari Kang Maman dan Bang Mice tentang bagaimana mereka berkarya untuk Indonesia melalui literasi. Sekali lagi, tanpa melupakan idealisme sekaligus menjadi konduktor kebahagiaan.

 

Komik Sebagai Media Penyampai Pesan

 

Bagi Bang Mice Cartoon, komik adalah media penyampai pesan. Gambar yang menarik bisa membuat orang tertarik untuk membaca. Sekarang dirinya bukan sekadar kartunis atau komikus. Dirinya juga seorang penulis karena sudah menghasilkan karya berupa buku.

Dua buku komik yang dihasilkan mengenai perjalanan wisata ke Bali bahkan menjadi guide book bagi sejumlah orang yang ingin berwisata ke Bali. “Bayangkan jika pariwisata Indonesia dikomikkan!” ujar Bang Mice yang sejak kecil ingin berkontribusi untuk anak Indonesia melalui karya berupa komik.

Nah iya, pastinya menarik sekali ya jika tempat-tempat wisata di Indonesia dituangkan ke dalam bentuk komik. Kata Bang Mice, pariwisata, budaya, atau apapun itu bisa “dikomikkan”.

Saya jadi membayangkan buku-buku pelajaran seperti sejarah dan sains jika dikomikkan tentunya mengundang minat belajar anak, ya?

 

Menumbuhkan Literasi Baca Tulis ke Pelosok-pelosok Indonesia Bersama JNE

 

Terkait minat baca dan mengundang minat baca, Kang Maman punya sudut pandang sendiri. Kang Maman tak percaya bahwa minat baca orang Indonesia secara umum rendah. Menurutnya yang terjadi adalah akses antara manusia dan buku berjarak!

Literasi baca tulis

Dicontohkannya toko buku yang berlimpah di Jakarta sementara di daerah – khususnya di Indonesia timur, tak mudah mendapatkan toko buku. Buku-buku menumpuknya di Jakarta tapi di Papua, Kalimantan, dan masih banyak tempat lagi, susah akses buku di sana.

Kang Maman memaparkan uraian Unesco mengenai tingkat literasi suatu negara yang menyebutkan bahwa itu terjadi jika 1 orang bisa mengakses 3 buku dalam satu tahun. Sementara di Indonesia, buku dicetak per tahun sekitar 20 – 30 juta eksemplar. Jika jumlah penduduk negara kita 270 juta maka Indonesia membutuhkan 3 x 270 juta buku = 810 juta buku dalam setahun!

Namun Kang Maman juga menekankan, bahan bacaan bukanlah buku semata. Gadget juga alat baca kok asalkan tahu bagaimana menggunakannya dengan baik dan tepat. Toh banyak e-book yang bisa diakses melalui gadget saat ini.

Baru-baru ini Kang Maman menjadi penyampai amanah dari sejumlah orang yang peduli dengan penyebaran buku di pelosok-pelosok Indonesia. Di hari ulang tahunnya tanggal 10 November, dirinya diamanahi 1000 Al-Qur’an untuk dikirimkan kepada yang membutuhkan.

Saat talkshow berlangsung, Kang Maman telah mendistribusikan 600 buku ke Papua, Nusa Tenggara, dan Maluku Tengah melalui JNE. Jika dihitung-hitung ongkos kirimnya ada 20 juta rupiah tapi Kang Maman tak perlu membayar karena digratiskan oleh JNE! Masya Allah.

Lagi-lagi JNE membuktikan nilai yang dibawanya. Sebagaimana sejak berdiri tahun 1990, JNE sudah menerapkan konsep memberi. Sejak awal, perusahaan ini sudah terbiasa menyantuni anak yatim dan tidak hitung-hitungan dalam berbagi. Berbagi tidak hanya setelah mendapatkan keuntungan[2].

Kang Maman, dengan menyediakan waktu dan tenaganya menjadi konektor yang connecting happiness melalui buku dan Al-Qur’an yang dikirimkan ke berbagai pelosok Indonesia. Semoga segala upaya mendekatkan akses antara orang-orang dengan buku ini mampu mendongkrak tingkat literasi pada wilayah-wilayah yang disambangi.

Well, baru menyimak talkshow dan menuliskan tentang ini saja saya ikut merasa bahagia, apalagi Kang Maman dan Bang Mice yang menjalaninya, ya. Sungguh, kebahagiaan itu menular dan saya ingin sedikit mengambil peran di dalamnya, siapa tahu bisa menjadi salah satu happiness connector melalui tulisan ini. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Makassar, 10 Desember 2021



[1] Sepenggal kisah dalam tulisan berjudul Dermawan Cilik, Si Penjual Gorengan (halaman 7) dalam buku Bahagia Bersama karya Kang Maman Suherman dan Mice Cartoon, diterbitkan oleh PT. Gramedia Mediasarana Indonesia, 2021.

[2] Idem.

20 komentar

  1. Aku setelah ikutan nonton ig live jnewsonline bersama kang maman dan mice kartun. Keinget cerita mengenai buku lost in Balinya Mice. Penasaran pengen baca. Hehe

    BalasHapus
  2. semoga dengan adanya JNE, semua orang di seluruh penjuru Indonesia bisa membaca buku dan tingkat literasi di indonesia semakin membaik ya mbak

    BalasHapus
  3. Wah, hanya dengan kekuatan kata-kata yang tepat ternyata bisa menggerakkan hati yang membacanya sampai bisa membantu Fahri penjual gorengan yaaah

    Semoga dengan bantuan JNE makin banyak yang sadar tentang pentingnya literasi yaaah

    BalasHapus
  4. Setuju banget, Mbak. Belajar bahasa Indonesia sangat penting. Aku pun masih belajar perihal penempatan dan penggunaan tanda baca. Masih buka KBBI tiap ngeblog.

    Btw, Kang Maman ini memang inspiratif sekali, ya. Tak hanya berkarya, beliau juga ingin tingkat literasi di Indonesia lebih baik lagi kedepannya.

    BalasHapus
  5. Bahasa Indonesia ini sampai kapanpun harus terus dipelajari dan banyak membaca agar lebih "kaya".
    Karena KBBI sendiri selalu dinamis. Begitu bukan, kak Niar.

    Dan sungguh menulis adalah cara terbaik untuk meluweskan kembali cara berkomunikasi dan menyampaikan pesan terbaik untuk pembaca.

    Semoga hanya tulisan yang baik yang kita torehkan di sosial media.
    Mencontoh karya-karya Kang Maman dan Bang Mice Cartoon yang sangat idealis dan prinsipil.

    BalasHapus
  6. Membaca bisa dari mana aja dan menggunakan media apa aja, yang penting ketika melakukannya hato bahagia ya mbak. Sejak ketemu Kang Maman banyak inspirasi yang saya dapat dari beliau. Nggak sekadar penulis, Kang Maman juga pinter mengubah mindset duni kepenulisan dan jurnalistik

    BalasHapus
  7. sungguh luar biasa kekuatan literasi ini y a mba .. bahkan bisa memerdekakan suatu bangsa dan membawa perubahan nasib, lewat berbagai inspirasi dari para tokoh - tokohnya

    BalasHapus
  8. Wah makin keren JNE ya. Turut berkontribusi yang besar untuk kemajuan dunia literasi. Semoga makin sukses menebar manfaat dan bisa turut menginspirasi semuanya menjadi lebih cerdas dan bahagia.

    BalasHapus
  9. Bagus dan bermanfaat banget programnya JNE ini. Inspiratif utk memajukan literasi Nusantara.

    BalasHapus
  10. Wah, keren sekali para komikus dan juga JNE. Pendistribusian buku ke seluruh pelosok negeri tanpa harus banyar demi berbagi. Semoga literasi baca tulis juga makin meningkat di negeri ini ya. Semangat.

    BalasHapus
  11. iyak betul, mba.. kalau membaca ga cuma dari buku aja. sekarang ada kindle itu juga malah disukai banyak orang juga karena lebih praktis dan murah untuk baca buku. tapi kalo aku tetep suka buku cetak sih :D

    BalasHapus
  12. wah baru tahu bang Mica wajahnya mirip sama tokoh kartun yang dia buat hiihhi sehat selalu bang Mice dan Kang Maman. keduanya tokoh kegendaris Indonesia. btw bahasa Indonesia memang penting ya mbak, karena bahasa Indonesia bahasa persatuan bangsa kita.

    BalasHapus
  13. Setuju banget kalau literasi nggak hanya menambah wawasan namun juga tentang kebahagiaan, thanks insightnya mbaaa

    BalasHapus
  14. Salut loh dengan Mice yang bergairah mengembangkan literasi melalui komik. Aku termasuk kurang menyukai komik karena di masa kecilku mungkin kurang banyak baca komik yang terjemahannya tepat dan menarik untuk anak kecil. PR banget nih untuk mengembangkan komik yang ramah bahasa untuk anak segala usia. Kadang ada tuh, yang dikira komik anak-anak, ternyata isinya ada konten dewasa.

    BalasHapus
  15. Pentingnya belajar bahasa untuk mengembangkan dunia literasi. Suka dengan cara Mice menyampaikan konten melalui kartun.

    BalasHapus
  16. Memang bener banget kalau literasi sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Beda peletakan titik dan koma saja bisa beda arti. Makasih sudah menuliskan ini kak

    BalasHapus
  17. Beda peletakkan tanda baca saja sudah bisa berbeda arti, jadi ya kita memang harus melek literasi. Jangan malas membaca. Makasih untuk tulisannya Kak Niar, lama tak berkunjung ke sini.

    BalasHapus
  18. Anak-anak bisa senang sekali kalau penyajiannya melalui komik, seperti Bang Mice Cartoon. Kolaborasi yang sangat dinanti karya-karya para kartunis.
    Kerennya Bahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa.

    BalasHapus
  19. Betul Mbak Niar, aku setuju dengan pendapat Kang Maman. Minat baca anak-anak sebenarnya tinggi kok hanya saja selama ini akses pada buku yang sulit, lebih-lebih di daerah pedalaman. Baca buku elektronik pun susah karena ga ada gawai. Salut dengan JNE yang konsisten mendukung literasi dengan menggratiskan ongkir untuk Kang Maman. Mantul!

    BalasHapus